Nasib sebuah negara berada pada generasi mudanya. Demi menciptakan generasi muda yang siap untuk menjadi pemimpin bangsa ini, diperlukan suasana yang kondusif dan aman dalam perkembangannya baik pada kesehatan fisik, psikis maupun kesehatan reproduksinya. Bila terdapat gangguan hingga ketidaktahuan, tentu akan berdampak pada masa depannya. Kesehatan yang kerap dianggap tabu untuk dipahami dan diketahui oleh anak dan remaja, yaitu kesehatan reproduksi. Padahal ini wawasan penting, karena terkait dengan kelanjutan generasi penerus dan masa depan mereka sendiri.
“Mengapa isu ini penting untuk disuarakan? Karena kami selalu berpikir bahwa hak kesehatan seksual dan reproduksi merupakan dasar dari Hak Asasi Manusia, atau kerap kita dengar dengan slogan “Sexual Rights its Human Rights”. Sebenarnya pendidikan ini komprehensif dari rumah karena berdampak sangat baik dan luas untuk teman-teman remaja.” Terang Mariana Yunita Hendriyani Opat.
Lebih lanjut, peraih apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2020 ini menerangkan, mungkin orang-orang berpikir bahwa pendidikan seksualitas hanya sekadar organ reproduksi pada pria dan wanita seperti apa dan fungsinya. Padahal lebih luas dari itu, karena mereka dapat lebih memahami dan respect hak tubuh mereka juga kepada orang lain.
Lahirnya Tenggara Youth Community
Apa tanggapan keluargamu ketika kamu yang berusia muda atau remaja menanyakan tentang HKSR? Marahkah, atau dikira sudah terlewat batas memikirkan hal yang aneh-aneh? Pengalaman tersebut pernah dirasakan oleh perempuan kelahiran tahun 1992 ini, tatkala ia menanyakan isu ini kepada keluarganya di rumah, dan tanggapan di sana adalah, “Apa sih anak kecil bertanya soal itu”.
Dari keresahan pada diri perempuan yang akrab disapa Kak Tata ini, berdirilah pada tahun 2016 sebuah komunitas dengan nama Tenggara Youth Community (Tenggara NTT). TENGGARA adalah singkatan dari Tempat Gabungnya Gerakan Remaja, yang berfokus ke isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). Beberapa anggotanya merupakan penyintas kekerasan seksual.
“Kita merasa perlu ada wadah yang dibangun oleh teman-teman muda untuk orang muda lainnya yang concern ke isu ini. Selama ini kita melihat belum ada pendidikan seksualitas yang cukup komprehensif yang ada di Kota Kupang, dan memungkinkan juga terjadi di kota lainnya.” Terang Kak Tata.
Dengan target dari program ini menyasar remaja dari kelompok miskin, dikucilkan secara sosial, marginal, dan underserved, TENGGARA mendorong kesadaran bersama bagaimana kesehatan reproduksi ini adalah sesuatu yang mutlak untuk diketahui remaja masa kini, dan bukanlah suatu hal yang tabu.
Hasil Riset yang Mencengangkan
Setahun setelah berdirinya TENGGARA, riset pengetahuan HKSR pun dilakukan kepada 500 responden remaja sekolah dan 60 remaja pasar di Kota Kupang. Tidak disangka, ada 7 dari 10-nya sudah aktif secara seksual yang aktivitas pertamanya dilakukan ketika masih SMP. Lalu 6 dari 10 remaja putri memahami dengan benar, serta 4 dari 10 laki-laki tahu tentang HKSR. Namun dalam pelaksanaannya, mereka belum memahami ketika adanya perubahan pada tubuh sendiri. Kemana harus mengakses layanan kesehatan guna mendapat informasi yang tepat, serta munculnya rasa takut mendapat diskriminasi dari petugas kesehatan.
“Ini hasil riset yang membuat kami sedih, kaget, sekaligus marah.” Ungkap Kak Tata.
Saat mengetahui hal tersebut, saya juga merasa miris dengan kehidupan remaja yang kurang bahkan tidak mendapatkan informasi HKSR dengan komprehensif. Padahal di usia remaja itu momen mereka sedang merasakan nikmatnya memiliki mimpi ingin ke sekolah A, kampus C. Atau berlomba-lomba menorehkan prestasi. Walau pastinya tidak mudah, tetapi kehadiran TENGGARA perlahan bisa menjawab keresahan itu.
Teknik Tenggara Youth Community untuk HKSR
Dengan pendekatan kontekstual dimana berbasis pendekatan lokal, persentase sasaran TENGGARA ke sekolah sekitar 10% dan 90% di luar area itu. Langkahnya pun fleksibel, dan berusaha untuk tetap pada koridor dengan menyesuaikan pada tempat yang mereka datangi. Lalu menerapkan teknik menyenangkan misalnya mendongeng, dengan permainan, dan lain-lain.
Tak main-main dengan effort Kak Tata dan kawan-kawan ini, karena melakukan riset lebih dulu siapa saja target dan sasarannya. Misalnya usia, berapa jumlah peserta pria dan perempuannya, apakah sudah terpapar kasus atau tidak. Kemudian dari hasil riset itu ditentukan metodenya, sehingga bisa tepat sasaran dan mudah dicerna sesuai usia peserta.
“Kegiatan kami yaitu Bacarita Kespro. Diambil dari bahasa melayu Kupang, yang artinya bercerita.” Jelas Kak Tata.
Ya, bacarita alias mengobrol tentang kespro (kesehatan reproduksi) yang komunikasinya dilakukan dua arah. Tujuannya agar anggota TENGGARA juga mempelajari sesuatu dari para peserta karena melibatkan orangtua maupun pendamping. Dengan begitu dapat mengantisipasi anggapan ‘kamu kan masih kecil, mama lebih tahu soal ini’ semisal si anak tengah berbincang dengan orangtuanya. Edukasi tersebut bila digambarkan seperti bentuk segitiga. Setiap sudutnya itu ada anak/remaja, orangtua/pendamping dan guru, sehingga perspektif HKSR-nya sama-sama benar.
Selain itu, sosialisasi dilakukan menggunakan bahasa dan kebudayaan yang lebih dekat atau kelokalan. Pemberian informasinya diberikan secara bertahap. Hal ini berpedoman dari International Technical Guidelines untuk pendidikan seksualitas komprehensif yang dikeluarkan oleh UNFPA (United Nation Fund for Population Activities). Dengan begitu pemberian wawasan HKSR sesuai level usia dan kebutuhan.
Tantangan dan Harapan
Jalan berliku pasti akan dihadapi untuk menuju keberhasilan. Hal ini juga dirasakan oleh Kak Tata dan TENGGARA yang sempat mengalami penolakan. Terlebih HKSR ini merupakan isu sangat sensitif, karena dianggap tabu yang tidak baik untuk disampaikan secara terbuka, dan masih terdapatnya mitos-mitos yang berkembang sejak lama.
Meski begitu, akan ada hal manis yang didapatkan dari kobaran semangat yang telah dilakukan secara konsisten. Tadinya disambut dengan acuh tak acuh, sekarang jadi makin merangkul. Terlebih berkat raihan apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2020 yang diraih Kak Tata, semakin menguatkan kegiatan TENGGARA yang hingga sekarang ini menumbuhkan rasa keingintahuan, dan kepedulian dengan HKSR semakin tinggi, baik pada diri remaja, orangtua maupun pendamping di sana.
“Kalau dulu TENGGARA jemput bola, melakukan kunjungan ke satu komunitas bertemu orang, lalu membahas isu tersebut. Sekarang tidak lagi menjemput bola, tapi malah diminta untuk sharing. Terlebih inisiasinya datang dari anak muda dan remaja yang makin peduli.” Terang Kak Tata dengan nada bahagia.
Usaha yang dilakukan semenjak tahun 2016 ini, makin dikuatkan lagi dengan menjalin kerjasama dengan Community of Practice, agar saling mendukung dan gencar membagi konten menarik soal HKSR. Selain itu TENGGARA bergabung juga dengan Program Inspirasi Yayasan Bakti. Serta, guna memperluas akses pendidikan HKSR ini, TENGGARA juga bekerja sama dengan Komisi AIDS, BKKBN, dan Perempuan untuk Indonesia.
Mimpi untuk masa depan Indonesia lebih baik khususnya pada diri anak-anak dan remaja, terseliplah harapan manis Kak Tata pada kegiatan bermanfaat untuk bangsa ini, yaitu berharap ada konselor atau teman sebaya yang bisa diambil dari komunitas sebagai gate atau pintu depan, dalam menerima teman-teman remaja. Sebab bila sebaya atau seumuran lebih mudah merekatkan. Kemudian ingin suatu saat TENGGARA menjadi organisasi agar jangkauannya bisa lebih luas. Apalagi bisa memiliki modul sendiri dengan konteks ke lokalan, sehingga dapat lebih cocok dan mudah diaplikasikan di level komunitas maupun di desa.
Konklusi
Perubahan jaman, mungkin tidak serta merta diikuti dengan perubahan pola pikir. Diperlukan perjuangan dengan konsistensi tinggi untuk menjawab tantangan tersebut. Rangkul dengan cara yang tepat, dan gunakan akses keterbukaan informasi dengan cara bijak, demi masa depan generasi penerus lebih baik. Semangat juang inilah dikobarkan oleh Kak Tata bersama TENGGARA. Lalu bagaimana dengan yang tidak punya support system?
“Mereka yang mengalami kekerasan akhirnya dinikahkan dengan si pelakunya, ada juga yang putus sekolah, harus bekerja di usia belia. Dari situlah TENGGARA berpikir untuk menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi teman-teman lewat HKSR ini.” Ujar perempuan lulusan Auckland University of Technology dengan program Sustainable Studies tahun 2023 ini.
Semangat TENGGARA yang rutin, dan pantang menyerah bisa sebagai pelecut di kota lainnya demi meminimalisir kasus kekerasan seksual, dan diskriminasi berbasis gender. Saatnya para remaja di seluruh Indonesia mendapatkan wawasan HKSR secara komprehensif, karena pengetahuan ini bisa sebagai tabungan untuk mereka nantinya ke depan, terutama saat berumah tangga. Sebab, di masa remaja ini menjadi waktu terbaik dalam membangun kebiasaan baik terkait HKSR, guna sebagai aset jangka panjang. Hidup pun bisa lebih aman dan tenteram.
Sumber materi dan foto:
- Youtube Bacarita Kespro: https://www.youtube.com/watch?v=dCzAgmUfoMo
- https://www.idntimes.com/life/inspiration/gendhis-1/kisah-bacarita-kespro-edukasi-kesehatan-reproduksi-c1c2
- https://indonesiatoday-co.translate.goog/mariana-yunita-child-health-rights-educator?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc
- akun Instagram @tenggarantt
- https://id.linkedin.com/in/mariana-yunita-h-opat-699980bb
14 komentar
selalu salut dgn kiprah perempuan seperti ini.
membangkitkan semngat dan awareness juga kan.
Memang edukasi tentang seksual dan reproduksi ini jadi penting, apalagi kalau anak-anak remaja udah jadi pelaku aktif, sedih bacanya..
Salut buat wanita cantik Mariana Yunita yang sudah berani dan konsisten memperjuangkan HKSR di Kupang, NTT.
Karena jangankan Indonesia Timur, Indonesia bagian barat yang konon dipadati orang terdidik tapi gak paham tentang HKSR
Apalagi di kawasan Indonesia timur ya
Antara pihak orangtua, edukasi ke remaja dan juga lingkungan agar bisa hidup sehat. Aku juga kaget, karena anak remaja zaman sekarang sudah begini derasnya pengaruh dari digitalisasi.
Jangankan di NTT, bahkan di akun seorang dokter di Papua mengaku sering sekali menemukan pasien perempuan yang mengidap penyakit seksual menular pada remaja. Huhu, mau nangis rasanya. Gimana masa depan mereka?
Semoga kak Tata dan TENGGARA serta kita semua bisa bergerak bersama memberikan edukasi yang benar. Baik dari sisi penguatan agama juga edukasi dari sisi kesehata.
Salut dengan Kak Tata. Semoga menginspirasi dan selalu terasa manfaatnya bagi masyarakat di sana