Blog rejekingalir.com
Blog rejekingalir.com mengulas tentang sastra, game, dan gaya hidup dengan sudut pandang yang lebih luas

Karya Sastra Horor: Menakutkan atau Memberi Manfaat?

apa yang dimaksud karya sastra horor? dan apakah menakutkan atau memberi manfaat untuk pembaca dan penonton?
apa itu sastra horor?

Kalau membicarakan sesuatu yang horor, bisa memunculkan kengerian di satu sisi. Menakutkan, menyeramkan, membuat bulu kuduk merinding. Entah yang disajikan dalam bentuk visualisasi (film dan drama) ataupun bacaan seperti novel, cerpen dan cerbung.

Hanya saja, mungkinkah ada yang namanya horor berbalut sastra atau sastra bergenre horor? Masa iya, sastra yang ada dalam benak saya bernuansa kalem, sendu, dan penuh kobaran semangat, tetapi kok bisa ada juga yang horor? 

Atas dasar itulah, saya tertarik untuk gali lebih dalam tentang sastra horor ini, di acara Forum Diskusi Meja Panjang dengan tema Sastra Horor, Jumat 26 Juli 2024 lalu. Siapa tahu nih, pas kebetulan ada pembaca blog rejekingalir.com yang sedang mengalami kegalauan karena malas dan takut untuk hal-hal yang berbau horor, hehe. 

pengertian dan manfaat karya sastra horor

Bertempat di Aula PDS HB Jassin, Lantai 4 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Mazuki, Jakarta Pusat, acara ini diusung oleh Literasi Kompasiana (LitKom) dan Dapur Sastra Jakarta (DSJ), yang kolaborasi dengan Dinas Perpustakaan, Kearsipan Pemprov DKI Jakarta, dan PDS HB Jassin. Tampak dari kursi-kursi peserta, yang full people. Begitupun wajah-wajah para peserta dari berbagai lintas generasi dan profesi. 

Apa Itu Sastra Horor?

Dalam makalah Diskusi Meja Panjang – Sastra Horor, halaman 56, diterangkan bahwa sastra horor adalah karya tulis maupun lisan yang mengisahkan tentang budaya atau cerminan budaya dari suatu masyarakat yang mengandung kepercayaan, pemahaman, dan aktivitas yang melibatkan unsur gaib, bersifat mistis atau misteri. 

Cerminan budaya masyarakat yang dimaksud di atas, merupakan penggambaran kondisi sosial yang terjadi di suatu tempat. Makin luas tempatnya, maka memungkinkan pula jenis-jenis permistisan pun bervariasi. 

siapa saja penulis karya sastra horor
Pak Yon Bayu Wahyono selaku pembicara utama di acara Forum Diskusi Meja Panjang

“Sastra horor adalah karya fiksi yang basisnya budaya lokal.” Terang Pak Yon Bayu, Pembicara Utama Forum Diskusi Meja Panjang.

Mengapa Horor Terkesan Tidak Berbobot?

“Anggapan bahwa horor itu pembodohan adalah dari orang lain. Orang lain menganggap horor itu sebagai pembodohan.” Tambah Pak Yon Bayu.

Asumsi saya, pembodohan dari anggapan yang disampaikan oleh penulis novel Kelir tersebut, bisa memungkinkan karena: 

1. Jalan Cerita yang Monoton

Saat lagi booming satu judul film tentang suster ngesot, tak lama kemudian muncul lagi versi lain tetapi masih berkaitan dengan suster ngesot. 

Contoh lain, kalau pembaca blog rejekingalir.com penggemar film horor atau fans dari mendiang artis Suzanna, maka akan mengenal karakter Calon Arang, dari film Ratu Sakti Calon Arang. Film yang rilis pada tahun 1985 tersebut (hayooo.. udah pada lahir belum, rejekingalir.com aja lagi entah di mana, heheh), ada mengenalkan tentang ilmu mistis seperti santet. 

Hingga kini pun, film-film horor Indonesia pun masih mengusung tentang santet dengan berbagai versi, beberapa diantaranya adalah Teluh (tahun 2018), Qodrat (tahun 2022), dan Sewu Dino (tahun 2023). Sedangkan dalam novel horor beberapa contoh kisah menyeramkan adalah Kisah Tanah Jawa: Tingkungan Maut (2020), Winggit (2020), Danur (2011), dan Surat dari Kematian (2018).

Laris manisnya tentang tema yang diangkat itulah, yang menjadikan karya dengan tema horor terkesan monoton, akibat memanfaatkan hal yang sedang booming.

Baca Juga: Teknik Mudah Belajar dan Menyenangi Karya Sastra

2. Lebih Menonjolkan Sensualitas

“Horor dianggap sebagai eksploitasi terhadap hal-hal yang tidak masuk akal atau mengada-ada.” Ujar Pak Yon Bayu lebih lanjut.

apa manfaat membaca karya sastra horor

Tidak berbobotnya tema bergenre horor adalah mengeksploitasi sensualitas. Di sini kerap aneh bin ajaib nya adalah, malah terdapatnya pemeran atau karakter wanita berpakaian tidak lengkap, ketimbang si setan yang merupakan musuh yang harus dibasmi malah berpakaian lebih sopan dan tertutup. Beberapa contohnya adalah karakter Ibu di film Pengabdi Setan (tahun 2017), Roro Ayu Minati di film Malam Jumat Kliwon (tahun 1986), dan beragam film Pocong. 

Padahal tanpa eksploitasi sensual kalau jalan ceritanya bagus, didukung dengan akting para pemain yang apik dan sinematografi yang menawan, maka akan jadi karya yang menakjubkan, bukan?

Empat Manfaat Karya Sastra Horor 

Yups, sastra horor bisa memiliki manfaat tergantung dari bagaimana meramunya. Dalam kesempatan yang sama, Bu Ni Made Sri Andini, sebagai pendamping di acara Forum Diskusi Meja Panjang menerangkan manfaat karya sastra horor, yang telah saya rangkum sebagai berikut:

Apa contoh karya sastra horor
Bu Ni Made Sri Andini, selaku pendamping di acara Forum Diskusi Meja Panjang

1. Kewaspadaan Diri Lebih Meningkat

Umumnya cerita horor dikembangkan dalam nuansa yang gelap dan pada malam hari. Hal ini bisa bermanfaat untuk diri kita, terlebih untuk yang beraktivitas (dapat shift) pada malam hari atau pulang kerja malam agar lebih waspada terhadap kondisi sekitar. 

2. Berpikir Logis dan Kritis

Karya sastra horor sama dengan karya sastra pada umumnya, yaitu karya fiksi dari si pengarang ceritanya. Maka ketika kita sebagai pembaca atau penonton sedang menikmati karya tersebut, hendaklah berpikir logis dan kritis. Tidak langsung percaya pada fenomena yang menyeramkan. 

sebutkan karya sastra horor Indonesia
ilustrasi dari slide presentasi Bu Ni Made Sri Andini

3. Menumbuhkan Ketahanan dan Keberanian Diri

“Takut, gak mau nonton film horor atau baca novel horor kalau pas malam”. 

Mungkin ada yang mengalami atau punya pemikiran, seperti pernyataan di atas ketika ada film atau novel horor yang baru rilis atau dapat rekomendasi. Takut terbawa suasana, terlebih semisal ada spot atau latar tempat yang dibicarakan pas kebetulan akan lewat di situ atau serupa dengan itu. Tak disangka, ternyata bisa bermanfaat dalam menumbuhkan ketahanan mental dan keberanian pada diri. 

Diterangkan oleh Bu Ni Made Sri Andini bahwa dalam kisah “Beli Jagung Depan Kuburan” yang ditulis olehnya, mengangkat tokoh utama yang berani melawan ketakutan dalam dirinya untuk berada di depan kuburan, saat malam hari. Kisah tersebut, dapat menginspirasi para pembaca, agar berani menghadapi rasa takutnya dalam dunia nyata. 

Baca juga: Sastra tentang Agustus untuk Kita

4. Sosialisasi tentang Sejarah dan Budaya

Lebih lanjut Bu Ni Made Sri Andini mencontohkan bahwa dalam kisah “Burung Perkutut dan Supir Taksi” yang ditulis olehnya, menggunakan cerita horor guna mengeksplorasi sejarah dan mitos lokal. Pembaca jadi lebih mengenal budaya Jawa, tentang burung perkutut yang menjadi simbol kesejahteraan dan kematang seorang pria Jawa.

“Sastra horor adalah karya yang berbasis budaya yang penuh nilai-nilai.” Terang Pak Yon Bayu Wahyono.

Pastinya kita ketahui, Indonesia yang memiliki beragam kebudayaan, maka akan bervariasi pula budaya dan mitos lokal yang ada. Hal ini menjadi keanekaragaman sekaligus terdapat pengajaran moral, agar ke mana pun kita bepergian adab dan tata krama diperlukan. 


mengapa karya sastra horor dianggap pembodohan
suasana di acara Forum Diskusi Meja Panjang dengan tema Sastra Horor

Cara Menghilangkan Stigma Karya Sastra Horor

Dari diskusi yang berlangsung, langsung timbul pertanyaan, Apakah stigma terhadap karya sastra horor bisa diubah? 

“Semua pihak berperan untuk mengkreasikan image/cerita lebih baik.” Jelas Bu Ni Made Sri Andini. 

Terlebih Pak Sunu Wasono, pensiunan dosen Ilmu Budaya Universitas Indonesia menambahkan sebagai pembicara pembanding di acara Forum Diskusi Meja Panjang, bahwa karya sastra horor punya hak untuk berkembang dan tidak bisa dilarang. 

Pak Sunu Wasono, selaku pembanding di  acara Forum Diskusi Meja Panjang dengan tema Sastra Horor

Oleh karena itu, semua pihak termasuk didalamnya adalah penulis naskah/skenario, sutradara, para aktris/aktor, produser, editor, penerbit buku yang memiliki andil dalam menyajikan/menerbitkan karya sastra horor yang bagus dan bermanfaat. 

Begitu juga dengan penonton maupun pembaca sastra horor, perlu untuk lebih berpikir kritis terhadap apa yang dibaca dan ditonton. Tidak perlu, istilahnya sampai ‘baper’ alias terbawa perasaan ketika menonton maupun membaca karya sastra horor. Sebab, pada dasarnya, sastra horor juga memiliki tempat yang sama seperti romance, epik, thriller, komedi dan genre sastra lainnya.


apakah karya sastra horor itu bagus
foto bersama pembicara dan para peserta (sumber: Buncha, Elisa Koraag)

Penutup

Kisah yang berbau horor memang melekat nuansa mistisnya, karena masih ada hal misteri di dalamnya yang belum terpecahkan oleh akal manusia. Namun demikian, ketika menjadi sebuah karya sastra horor, seharusnya di satu sisi memunculkan pencerahan, keindahan akan seninya, dan hal positif setelahnya. Serta di sisi lain menjadi diri lebih berani, meningkatkan kewaspadaan diri, dan mampu berpikir kritis atas apa yang dilihat dan ditonton. Jadi bagaimana, apakah pembaca blog rejekingalir.com sudah lebih berani dan berpikir kritis terhadap karya sastra horor?

31 komentar

Komen Blog rejekingalir.com
Farida Pane mengatakan…
Sebenarnya sastra horor sebagaimana genre lain memberikan pengalaman emosional tertentu yang memperkaya pemikiran pembacanya tanpa harus mengalami kejadian itu sendiri.
Komen Blog rejekingalir.com
Bambang Irwanto mengatakan…
Kalau horor itu, pasti dikaitkan dengan mistis. Dan sesuai yang saya baca, sastra horor itu memang banyaknya mengarah ke lokalitas saja. Misalnya misteri Gunung Merapi, Misteri Nyi Roro Kidul atau Desa penari. Tapi pastinya ya, Mbak, ada sesuai info yang menarik dan bermanfaat bagi pembacanya.
Komen Blog rejekingalir.com
hani mengatakan…
Seru dan rame juga yah yg hadir acara diskusi tentang sastra horor itu.
Aku engga suka nonton horor sih, takut kepikiran, ntar engga berani lihat cermin pulak...hehe...
Baru aja lihat caption di IG seseorang bapak yg malah ngajak nonton horor anak-anaknya. Katanya, biar berani dan berpikir kritis.
Komen Blog rejekingalir.com
Tria TR mengatakan…
Menurutku, sastra horor juga bisa menjadi "pelarian" atas berbagai kasus nyata yang menemui jalan buntu atau nggak bisa diselesaikan karena berhadapan dengan kekuatan dan kekuasaan tertentu. Paling hangat contohnya, film Vina Sebelum 7 Hari.
Komen Blog rejekingalir.com
Nanik nara mengatakan…
Wah ada mbak Dani, blogger senior tuh, karyanya juga sudah banyak.

Iya ya, film horor di negara kita, kenapa mesti menonjolkan sensualitas ya, bukan malah memperkuat di bagian horornya.
Komen Blog rejekingalir.com
Maria G Soemitro mengatakan…
Senangnyaaaa bisa belajar dari Mas Yon Bayu
Saya pingin banget bisa bikin tulisan horor
Karena saya punya masalah gak percaya mistis
Akal sehat saya terlalu dominan
Komen Blog rejekingalir.com
lendyagasshi mengatakan…
Manfaatnya banyak yaa..
Bener, kita seringkali merasa bahwa horor itu pembodohan. Tapi aku suka banget insight-nya dari tulisan ka Fenn bahwa ada kewaspadaan yang kita ambil ketika menikmati karya sastra atau tontonan horor.
Komen Blog rejekingalir.com
dhenok hastuti mengatakan…
Menarik! Serius. Aku penggemar sastra. Tapi bukan penggemar genre horor, dan alasannya persis seperti yang ada di tulisan. Jadi pengin cari beberapa judul yang dicontohkan. Seru juga nyobain nulis sastra horor.
Komen Blog rejekingalir.com
Siti Nurjanah mengatakan…
Mitologi itu masuk dlm sastra horor ga ?
Sampe saat ini genre berbalut horor ataupun misteri masih menjadi minat disebagian masyarakat. Acarnya menarik bisa dapet insight positif lebih mendalam perihal sastra horor
Komen Blog rejekingalir.com
Kalau saya memang kurang suka yang horor-horor karena seringnya nggak masuk akal, yang main seksi banget pulak, hahaha.
Belum lagi adegan sadisnya bikin trauma.
Tapi nggak dipungkiri sih, horor kebanyakan mengenalkan seni dan budaya Indonesia
Komen Blog rejekingalir.com
Ire Rosana Ullail mengatakan…
AKu penggemar sastra tapi belum pernah sekalipun baca sastra horor. Menarik juga sepertinya, mungkin seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya aku juga terjebak dalam pikiran bahwa kata horor mengkonotasikan film2 horor yang sejauh ini berkembang di Indo. Kebanyakan yang ditonjolkan adalah sesualitas, riset yang kurang mendalam dan efek dramatis yang terlalu berlebih yang hanya digunakan untuk menumbuhkan rasa penakut penonton.
Boleh dong Fen, kasih rekomendasi buku2 sastra horor yang bisa kubaca, anyway thanks ya buat ulasannya, menarik si :)
Komen Blog rejekingalir.com
Iim Rohimah mengatakan…
Hal-hal bergenre horror paling saya sukai. Meskipun kalau jenis sastra belum pernah baca, mungkin terlalu banyak suguhan dalam bentuk film ya.

Padahal, sepertinya baca sastra horror lebih imajinatif dan terasa di jiwa.
Komen Blog rejekingalir.com
Pipit ZL ceritaoryza.com mengatakan…
Saya pernah baca novel lama yang temanya semacam ini, lupa judulnya. Jujur menciptakan imajinasi tersendiri yang bahkan lebih seram daripda nonton film.
Komen Blog rejekingalir.com
Kalau sastra horor belum pernah baca, kl cerita horor pernah dan serunya karena kita berimajinasi tokohnya bisa yg ga seram seram
Komen Blog rejekingalir.com
Goresan hati mengatakan…
Aku dulu gak suka horor. Karena isinya kebanyakan cuman munculin setan dan nyeremin. Tapi setelah melihat karya Joko Anwar, jadi suka horor karena ada cerita legend yang diangkat. Jadi gak melulu soal setan. Ada unsur budaya yang diangkat. Harusnya memang kayak gini horor itu. Mendidik dan mengedukasi penontonnya
Komen Blog rejekingalir.com
Mario Andaru mengatakan…
Eh ini menarik banget!
Saya malah sebelumnya ga kepikiran mengenai sastra horror ini. Karena memang industri "hantu" itu sangat gacor, terutama di tempat kita.
Komen Blog rejekingalir.com
Didik Purwanto mengatakan…
Aku sih lebih sepakat genre horor lbh mengupas tentang sejarah dan mitos lokal. Cerita2 lokal tuh banyak yang keren dan bs dieksplorasi. Meski tak munafik, selalu ada bumbu2 hal seronok di dlmnya. Padahal ceritanya kan ga semua kyk gt.

Aku pun kalo nonton film horor pun lbh ke nggak takut sebenarnya. Tp kaget krn teriakan org lain yg nonton. Lha itu kan filmnya biasa aja. Cmn yg nonton yg ngagetin. Wkwk
Komen Blog rejekingalir.com
Amir mengatakan…
Saya juga penggemar film horor, dan lebih asik kalau nontonnya di TV. Seperti film suzana, tokoh Nyi Calon Arang udah terkenal banget di situ.
Komen Blog rejekingalir.com
Antung apriana mengatakan…
Jujur ya untuk genre horor baik itu film ataupun buku aku jarang banget menonton atau membacanya. Namun kalau di pilih-pilih sebenarnya ada film-film horor yang bagus dan tidak selalu mengandalkan unsur Sensual seperti yang pernah jadi ciri khas dari film horor Indonesia
Komen Blog rejekingalir.com
dinda mengatakan…
Sepanjang aku kuliah dulu, aku belum pernah denger sastra horor (mungkin bukan krn sastra indonesia). Setelah baca ternyata di materi yang kudapat masuknya ke sastra gotic. Dan seingatku memang sastra gotic/horor lebih banyak ke pengalaman psikis seseorang. Setiap karya sastra pastinya punya nilai implisit yang bisa dipelajaru kok. 🥰
Komen Blog rejekingalir.com
Filza Halwa mengatakan…
Ternyata membaca sastra horor ada manfaatnya juga ya. Selama ini cuma sekedar sebagai alat penghibur aja, kayak sastra komedi dan lainnya. Tapi manfaat yang ditulis diatas related sih ya.
Komen Blog rejekingalir.com
lendyagasshi mengatakan…
Menantang sekali karya sastra horor ini..
Tapi memang kalau kita ada semacam keterkaitan cerita dan tempat, horornya jadi makin terasa.
Komen Blog rejekingalir.com
Ririn Erviana mengatakan…
Salut sama orang yang buat karya sastra horor. Kebayang risetnya gimana. Soalnya aku sendiri gak berani baca novel horor. Kalau film horor sih udah pernah cuma ya gak mau kalau harus nonton sendirian.
Komen Blog rejekingalir.com
Lia Yuliani mengatakan…
Karya sastra Horor ini saya belum berani baca Mba, soalnya takut kebayang-bayang di dunia nyata. Film horror pun belum berani nonton
Komen Blog rejekingalir.com
Niwanda mengatakan…
Menarik bahwa disebutkan secara khusus sastra horor ini perlu memuat budaya lokal. Ya, sekaligus sebagai upaya menjaga kelestarian budaya, ya. Namun, memang baik penulis maupun pembaca perlu ekstra juga dalam menjaga koridor cerita maupun memahami manfaatnya.
Komen Blog rejekingalir.com
Andiyani Achmad mengatakan…
sejujurnya aku kurang suka sama hal yang berbau horor, tapi aku hal yang berbau mistis, tabu, hingga thriller yang menegangkan
Komen Blog rejekingalir.com
Endah Kurnia Wirawati mengatakan…
Sebagai salah satu penggemar film horor, dulu tuh saya suka sebal nonton film horor yang terlalu banyak bumbu sensualnya.

Tapi akhir-akhir ini memang kualitas film horor Indonesia sudah semakin bagus sih. Demikian cerita-cerita novel horor yang beredar. Jadi makin suka deh

Cerita horor Indonesia yang saya suka adalah yang bisa mengangkat kisah urban legend di Indonesia seperti Kuyang, Desa Penari, Mangkujiwo, dan Rumah Kentang. Vibe horornya lebih kuat dan jadi punya banyak
Komen Blog rejekingalir.com
Dewi Rieka mengatakan…
Aku pernah menulis buku horor komedi judulnya AKD Horor, setelah itu mikir juga manfaatnya apa ya cerita horor takutnya menyesatkan pembaca tapi setelah baca artikelmu tentang diskusi penulisan ini ternyata cerita horor banyak manfaatnya juga ya..pengen nulis lagi deh
Komen Blog rejekingalir.com
Raja Lubis mengatakan…
Diskusi yang menarik. IMHO, horor hanya sebuah genre yang kedudukannya setara dengan genre lainnya. Tergantung bagaimana kreator membuatkan kisahnya menjadi sesuatu yang unik dan menarik.

Kalau dari film, banyak juga film-film horor yang terinspirasi dari kejadian nyata atau sebagai bentuk protes sosial budaya, bukan sebatas hantu/mitos lokal.
Komen Blog rejekingalir.com
Alfia D. Masyitoh mengatakan…
Nah ini, jujur aku kurang begitu suka karya genre horo. Mau film atau buku, pokoknya yang horor2 selalu aku hindari. Alasannya ya karena aku nggak berani, mesti jadi parnoan. Padahal manfaatnya justru bisa meningkatkan kewaspadaan ya. Tapi gimana ya, lebih gede parnonya daripada waspadanya kalo aku. Daripada nggak bisa tidur, kayaknya aku mending skip deh, begitu pikirku.

Tapi aku setuju kak sama tulisan ini. Kenapa sih film horor lokal selalu mengandung muatan sensualitas? Padahal kalo mengangkat nilai mistis dan budaya lokal asli, terus dikemas dengan menarik, sudah bagus lo ya. Apakah karena tuntutan pasar? Kalo nggak seksi nggak laku begitu? Kayaknya enggak juga ya..
Komen Blog rejekingalir.com
Dee_Arif mengatakan…
Sastra horor juga menarik dan asyik untuk diikuti ya
Aku baca horor lumayan suka kok
Tegang tapi seru

friends

Blogger Perempuan Network
Blogger Perempuan Network
KSB
KSB
BCC Squad
BCC Squad
KEB
KEB
Intellifluence
Intellifluence
Bplus
Bplus
Logo Komunitas BRT Network
Postingan Terpopuler