Blog rejekingalir.com
Blog rejekingalir.com mengulas tentang sastra, game, dan gaya hidup dengan sudut pandang yang lebih luas

Diana Cristiana Dacosta Ati: Pejuang Pendidikan di Kabupaten Mappi

Perjuangan apa yang dilakukan oleh Diana Dacosta Ati? Dan di manakah ia mengajar dan meraih SATU Indonesia Awards Astra?

Petunjuk arah dalam hidup diperlukan sebagai peta untuk mewujudkan impian. Saat melaksanakan petunjuk itu, pendidikan adalah kuncinya. Tanpa adanya bimbingan dari seorang pendidik, maka mereduplah arah hidup generasi suatu bangsa.

siapa diana cristiana dacosta ati

Pengabdian pendidik tak akan terbatas waktu maupun tempat. Ia akan dengan sabar melakoni tugasnya dengan sepenuh hati. Kesabarannya menjadi kekuatan yang mampu melibas rintangan apapun. Seperti teguhnya nakhoda yang mengemudikan kapal ketika terombang-ambing di tengah lautan, dan menjaga keseimbangannya agar tidak karam dan terhempas. Nakhoda itu bernama Diana Cristiana Dacosta Ati. 

Akrab disapa dengan nama Diana, pejuang pendidikan ini melangkah mantap mendedikasikan keilmuannya di pelosok Papua Selatan. Ia menjadi teladan bagi banyak guru lainnya untuk bertugas di wilayah terpencil. 

Kondisi Sebelum Kedatangan Diana di SDN Atti

Kota Sejuta Rawa, dialah Kabupaten Mappi yang berada di provinsi Papua Selatan. Kabupaten Mappi adalah salah satu daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) sebagaimana Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 160/P/2021 tentang Daerah Khusus Berdasarkan Kondisi Geografis. Beribukota Kabupaten Merauke ini, memiliki 2 kelurahan, 15 distrik, dan 162 kampung yang salah satu kampungnya adalah Kampung Atti.

Sekitar 200 lebih kepala keluarga berada di Kampung Atti. Hanya saja kebanyakan anak-anak di sana tidak pergi ke sekolah, tetapi turut serta membantu keluarganya ke hutan untuk mencari makan. Masih terdapatnya siswa yang duduk di bangku kelas 5 dan 6 yang belum mahir membaca. 

siapa diana cristiana dacosta ati
Diana sedang mengajar di SDN Atti dengan kondisi kelas seadanya (Dok. puslapdik.kemdikbud.go.id/)

Jarak yang jauh para siswa dari rumah ke Sekolah Dasar Negeri Atti, membutuhkan waktu 2 jam perjalanan harus melewati rawa dan hutan, serta kurangnya fasilitas sekolah seperti tenaga pengajar, kursi dan meja menyebabkan sempat terhentinya proses belajar mengajar di sana. 

Siswa berangkat ke sekolah memakai baju main, lalu ganti dengan seragam di sekolah karena rumahnya sangat jauh di hutan. Butuh dua jam perjalanan melewati hutan dan rawa ~ Diana Cristiana Dacosta Ati

Pelita Itu pun Tiba di Kabupaten Mappi

SDN Atti kedatangan pejuang pendidikan itu. Diana Cristiana Dacosta Ati mengikuti Program Guru Penggerak Daerah Terpencil semenjak tahun 2018. Program ini digagas oleh Bapak Kristosimus Yohanes Agawemu, Bupati Mappi periode 2017-2022, yang bekerja sama dengan Gugus Tugas Papua dan UGM (Universitas Gadjah Mada). 

Semula wanita kelahiran Atambua, Nusa Tenggara Timur ini ditempatkan di Kabupaten Mappi, Distrik Haju, Kampung Kaibusene pada tahun 2018. Namun, pada tahun 2021 Diana mendapat kontrak baru sebagai pengajar masih di Kabupaten Mappi, tetapi di Distrik Minyamur, Kampung Atti yaitu di SDN Atti.

Tantangan yang Berbuah Senyuman

Dari SDN Atti menuju Kabupaten Mappi harus menempuh perjalanan berjalan kaki sekitar 2 jam dari Kampung Atti. Lalu menyusuri Sungai Mappi selama 4 jam dan dilanjutkan dengan perjalanan darat sekitar 2 jam menuju Kepi, ibukota Kabupaten Mappi, kemudian berlanjut 1 jam perjalanan menuju ibukota Provinsi Papua Selatan. 

Perjalanan panjang dengan tantangan infrastruktur dan geografis telah dilalui Diana di sana. Meski ia tinggal di mess dekat dengan sekolah, tetapi rintangan akan berkurangnya dukungan dari pemerintah setempat di tahun 2022 pun datang. Pasalnya, Bupati Mappi, bapak Kristosimus berakhir masa jabatannya. Tak pelak dukungan sarana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berkurang. 

diana dacosta penerima satu indonesia awards
Diana sedang mengajar di SDN Atti (Dok. cantika.com)

Demi berjalannya proses KBM, Diana memanfaatkan media sosialnya untuk menggalang donasi berupa alat tulis dan pakaian layak untuk anak-anak. Bahkan ia pun menggunakan sebagian gajinya. Selain fasilitas sekolah, pola pikir masyarakat di Mappi bahwa yang penting bisa mencari makan tanpa mesti sekolah juga menjadi tantangannya. Apalagi menarik minat anak-anak untuk bisa bersekolah kembali, menjadi aral yang luar biasa. 

Siswa dan orang tuanya tidak mampu menyediakan alat tulis sendiri. Kebanyakan penduduk Atti tak punya penghasilan dan hanya memegang uang ketika Bantuan Langsung Tunai dan Dana Desa cair. ~ Diana Cristiana Dacosta Ati. 


diana dacosta ati pengajar di papua selatan

Momen Diana menerima apresiasi SATU Indonesia Awards (dok. cantika.com)

Perjuangan tanpa batas yang dilakukan Diana berbuah manis dengan ia mendapat dukungan dari Badan Musyawarah Kampung Atti, bapak Willem Pasim, karena banyak anak-anak di kampung yang telah mampu membaca. Tak sampai di situ, Astra pun turut mendukung Diana untuk digital learning, melalui tablet belajar sehingga anak-anak di sana bisa mengenal lebih dekat tentang pembelajaran digital. Apresiasi dari SATU Indonesia Awards pun diraih oleh Diana pada tahun 2023 di bidang pendidikan.

Astra selalu memberi kami ruang untuk berkolaborasi dengan kegiatan yang kami lakukan setiap harinya di pedalaman. Pada kegiatan belajar mengajar, Astra men-support (dukung) tablet belajar agar anak-anak pedalaman mengenal digital learning (pembelajaran digital) Diana Cristiana Dacosta Ati. 

Tak Ada Perjuangan yang Sia-sia

Memasuki 7 tahun menjalankan profesi guru di Kabupaten Mappi, sarjana pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) di Universitas Cendana, Kupang, NTT ini, memberikan dampak positif yang signifikan untuk anak-anak di SDN Atti. Mereka mendapat fokus pendidikan dasar dari Diana berupa membaca, menulis, berhitung dan nasionalisme. 

Meski terbatasnya fasilitas dan bahan ajar yang ada, membuat Diana berkreasi dalam metode pengajarannya dengan menggunakan alat peraga sederhana yang ada di lingkungan sekitar. Ia pun mengajak orangtua dan masyarakat setempat untuk berkontribusi dalam kegiatan sekolah. 

dimana diana dacosta ati menerima satu indonesia awards
Diana bersama peserta didik (dok. puslapdik.kemdikbud.go.id)

Hasil perjuangannya pun terlihat. Kesadaran orangtua di sana pun meningkat akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anak. Begitupula, dari jumlah siswa di SDN Atti 65 orang kala Diana pertama kali mengajar, 24 siswanya berhasil melanjutkan pendidikan ke SMP di tahun 2022. Lalu pada tahun ajaran baru 2022, jumlah siswa di sekolah ini bertambah 20 siswa. Kemudian, di bulan Juni 2023, 14 siswanya melanjutkan studinya ke jenjang SMP. 

Bersama kedua rekannya dan dukungan dari berbagai pihak, semangat Diana terus terpacu untuk berkarya dengan metode belajar mengajar yang kreatif, dan berkelanjutan dengan ketulusannya sebagai tenaga pendidik untuk masa depan cerah generasi penerus bangsa

Hidup tidak semata-mata soal uang dan karier yang mentereng di kota besar, tetapi juga pengabdian bagi sesama ~ Diana Cristiana Dacosta Ati. 


Sumber:

  • https://papuaselatan.go.id/
  • https://puslapdik.kemdikbud.go.id
  • https://www.cantika.com/
  • https://www.viva.co.id

12 komentar

Komen Blog rejekingalir.com
Suci mengatakan…
Ini baru defenisi pengajar yang sebenarnya....
Profesi tanpa tanda jasa
Jujur saja, guru2 yang ada di sekitar rumah (udah PNS) yang diharapkan adalah dana BOS. Waktu aku masih jadi banker, itu guru2 sering bangeet nanya "dana bos udah keluar?"
Dan aku bertanya, emang dana bos utk apa? utk oprasional sekolah atau ada juga untuk bagi2 guru?
Truss bermewah2 (kebanyakan).
Jadi image guru tanpa tanda jasa itu semakin lama semakin pudar..
Makanya kalo ada sosok seperti Diana ini, doa2 baik selalu untuknya. Smoga selalu tulus ikhlas dan sehat panjang umur. Serta lahir Diana2 lainnya. Aamiin...
Komen Blog rejekingalir.com
Bambang Irwanto mengatakan…
Saya membayangkan perjalanan ke sekolah 2 jam dan harus menembus medan berat. Jadi sehari PP bisa 4 jam. Wajar kalau anak-anak kelelahan dan enggan ke sekolah ya, Mbak. Apalagi fasilitas tidak memadai. Alhamdulillah ada pelita datang yang menerangi SDN Atti.
Komen Blog rejekingalir.com
Maria Tanjung mengatakan…
Tidak ada perjuangan yang sia-sia, saya setuju dengan kalimat ini. Meskipun mungkin hasil baru terlihat beberapa tahun kemudian. Semoga akan ada banyak penerus dari Diana ini ya kak yang berjuang untuk pendidikan
Komen Blog rejekingalir.com
Guritno Adi mengatakan…
Turut prihatin dengan tulisan mbak yang menggambarkan bagaimana nasib masyarakat yang serba kekurangan. Beruntung ada mbak Diana yang bersedia menjadi pendidik di sana.
Komen Blog rejekingalir.com
Maria G Soemitro mengatakan…
Keren banget Diana
Kala gadis seumurnya nongki-nongki, mengejar karir, gonta ganti gadget dan aktivitas metropolis lainnya
Diana memilih mendidik anak-anak Papua, berpeluh masuk hutan
Udah gitu imbalannya ala kadarnya, malah gak cukup
Komen Blog rejekingalir.com
Okti Li mengatakan…
Sedih kalau melihat kondisi sekolah atau tempat kegiatan belajar mengajar sangat memprihatinkan. Juta ini udah merdeka hampir 80 tahun padahal... Semoga nih menteri pendidikan batu sekarang punya ide dan gebrakan memberikan solusi untuk permasalahan pendidikan seperti itu
Komen Blog rejekingalir.com
DokterTaura mengatakan…
Tokoh penuh dedikasi seperti ini yang harusnya viral... Diana Cristiana Dacosta ini bener-bener definisi kartini masa kini. Salam buat beliau ya...
Komen Blog rejekingalir.com
Susi Susindra mengatakan…
Sangat menyentuh hati. Inilah hidup yang saya impikan sejak muda; menjadi cahaya di daerah 3T. Apa daya memang hanya bisa sebatas keinginan, namun setidaknya saya melakukannya dengan bentuk yang berbeda.
Luas biasa ceritanya.
Komen Blog rejekingalir.com
Rafahlevi mengatakan…
Memilih mengabdi di usia muda di masanya senang bermain dan menikmati masa muda tapi Diana jadi sosok yang inspirarif dan membanggakan dengan mengajar anak2 yang punya keterbatasan mengakses pendidikan
Komen Blog rejekingalir.com
hani mengatakan…
Semangat Diana untuk mengajar di pelosok Papua semoga menginspirasi juga ke generasi muda lainnya untuk terjun langsung ke daerah 3T ini. Keren, bahkan bisa mengenalkan dunia digital juga ke mereka, supaya tidak ada lagi kata "tertinggal" di berbagai tempat di Indonesia.
Komen Blog rejekingalir.com
Nita Juwithafina mengatakan…
Salut si sama orang2 yg memperhatikan pendidikan di Indonesia. Dulu banget citq2ku jadi pengajar tpi seiring waktu berubah haluan
Komen Blog rejekingalir.com
Nanik nara mengatakan…
Salut untuk perjuangan Diana, masih muda, tapi memilih mengabdikan diri untuk memajukan pendidikan di Mappi

friends

Blogger Perempuan Network
Blogger Perempuan Network
KSB
KSB
BCC Squad
BCC Squad
KEB
KEB
Intellifluence
Intellifluence
Bplus
Bplus
Logo Komunitas BRT Network
Postingan Terpopuler