Blog rejekingalir.com
Blog rejekingalir.com mengulas tentang sastra, game, dan gaya hidup dengan sudut pandang yang lebih luas

Nordianto Hartoyo: Berjuang Bersama Cegah Pernikahan Dini

apa yang diperjuangkan oleh Nordianto Hartoyo untuk mencegah pernikahan dini? serta apa yang melatar belakanginya?
apa itu genrengers Educamp

Dunia anak-anak adalah mengenyam pendidikan, belajar dan bermain. Mereka tertawa, berlari dan saling kejar mengejar bersama temannya. Tumbuh dan berkembang dengan kasih sayang dari keluarganya. Momen bagi mereka merancang cita-cita sebagai peta masa depan. Belum waktunya bagi anak-anak memikirkan tugas rumah tangga. Beban seberat itu, belum kuat untuk dipikul di pundak mereka. Raga dan mental yang belum tangguh menghadapi tantangan kehidupan suami-isteri.

Batas Minimal Usia untuk Menikah Menurut Undang-Undang

Banyak persepsi yang timbul tentang pernikahan. Bila ada seseorang yang mencapai atau lebih dari 27 tahun, mulailah pertanyaan “Kapan Nikah?” berdatangan. Pemikiran untuk orang yang belum menikah di usia yang dianggap matang, langsung mendapat label “bujang lapuk” atau “perawan tua”. 

Mirisnya, berbanding terbalik dengan terjadinya pernikahan di usia dini. Anak-anak dan remaja yang seharusnya sedang menikmati masa muda mereka, penuh semangat memiliki impian yang akan diwujudkan, malah harus menjalani pernikahan dini, meski dengan dispensasi.  

dasar hukum batas minimal usia menikah

Bila mengacu pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, batas minimal usia untuk menikah yaitu 19 tahun, baik untuk laki-laki maupun perempuan. 

Usia 19 tahun dikategorikan sebagai usia dewasa. Bukan lagi anak-anak maupun remaja. Fisik dan psikis yang sudah lebih baik dalam berpikir, bertindak, dan dapat mengontrol emosi. Meski begitu, adanya permohonan dispensasi pernikahan, seakan menjadi celah untuk melenggangkan pernikahan dini. Oleh karena itu, perlunya menggalakkan edukasi dan sosialisasi secara masif tentang kesehatan remaja dan akibat buruk pernikahan di usia belia

Dampak Negatif dari Pernikahan Usia Dini

Pernikahan usia dini adalah berlangsungnya pernikahan dibawah ketentuan usia yang berlaku. Anggapan daripada berzina, takut mendapat label perawan tua/bujang lapuk, kondisi ekonomi keluarga, stigma negatif terhadap anak perempuan yang dianggap beban keluarga, pergaulan bebas, perjodohan, orangtua yang tidak memahami bagaimana masa depan anaknya kelak, hingga tradisi masyarakat setempat menjadi faktor yang melatarbelakangi terjadinya pernikahan dini.

Hanya saja, kurangnya perhatian para pihak terkait atas pengaruh yang terjadi pasca pernikahan dini. Dari sisi sosial dan ekonomi, remaja yang seharusnya sedang bersemangat meningkatkan studinya, harus terhenti karena berubah status menjadi orangtua baru. Tuntutan pun bertubi-tubi demi menghidupi anak dan isteri, tentunya dapat memberatkan kehidupannya dalam hidup sosial bermasyarakat, bahkan berpotensi timbulnya tindak kriminalitas. 

Bila melihat dari sisi psikis, masa remaja adalah momen pubertas dan masa pencarian jati diri. Mental yang belum stabil dapat berpengaruh pada kehidupan suami-isteri, mental illness, hingga risiko terjadinya perceraian di usia muda dan kekerasan dalam rumah tangga

Sedangkan dari segi kesehatan fisik, bagi perempuan yang melakukan pernikahan di usia dini, kondisi rahim yang belum kuat berisiko anak akan lahir prematur atau mengalami kelainan. Belum lagi ancaman risiko kesehatan lainnya seperti terganggunya kesehatan reproduksi, kanker serviks dan mengalami kekerasan secara fisik maupun seksual. 

dasar hukum batas minimal usia menikah
Ilustrasi keceriaan anak-anak (dok. Channel Youtube Nordianto Hartoyo Sanan)


Maka, siapakah yang menderita? 

Anak-anak dan perempuan yang akan menjadi korbannya. 

Lalu bagaimana nasib anak yang terlahir dari orangtua yang masih belia usianya? Adakah yang memikirkan bagaimana masa depannya kelak?

Tanpa disadari, pernikahan usia dini adalah penyakit sosial yang menggerogoti secara perlahan. Mengakar dan menjalar lebih dalam hingga membentuk cabang-cabang baru. Bila terus terjadi pembiaran, akan menjadi mata rantai yang sulit untuk diputus

Langkah-langkah untuk Cegah Pernikahan Dini

Langkah mencegah pernikahan usia dini bisa kita lakukan bersama. Hal ini mengacu kepada Undang Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014, terdapat dua pasal yaitu Pasal 22 dan 26 ayat 1 yang berisi bahwa kewajiban bagi pemerintah, pemerintah daerah, orangtua dan masyarakat untuk berupaya dalam perlindungan anak dan pencegahan Perkawinan Usia Anak.

Semua pihak berperan dalam memberikan kontribusi positif cegah pernikahan dini, dengan cara:

  • Melibatkan orangtua (keluarga) dalam edukasi pencegahan pernikahan dini, misalnya dengan quality time, menciptakan lingkungan yang baik di dalam dan di luar rumah, mendukung anak dalam mengejar pendidikan serta meningkatkan kompetensi diri. 

  • Peran pemerintah dan lembaga terkait seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kementerian Agama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Puskesmas, bisa dalam bentuk memberikan program dan kebijakan, edukasi, konseling, dan sosialisasi untuk mencegah terjadinya pernikahan usia anak.

  • Mengadakan penyuluhan tentang hal apa saja yang menjadi hak-hak anak, khususnya hak kesehatan, pendidikan, dan perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.

  • Mengedukasi masyarakat sebagai garda terdekat dengan lingkungan tinggal si anak, tentang apa saja konsekuensi buruk dari pernikahan usia anak dan dampak negatif pergaulan bebas.

Memang, data saat ini menunjukkan penurunan angka pernikahan usia dini. Namun, bukan berarti antisipasi akan berhenti begitu saja. Pasalnya, kasus ini seperti fenomena gunung es yang seakan melandai di bagian atas, padahal membesar di bagian bawah. 

berapa batas usia minimal menikah

Angka pernikahan usia dini masih tinggi di 3 provinsi di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Barat dengan persentase 17,32%, Sumatera Selatan dengan 11,41%, lalu Kalimantan Barat di peringkat ke-tiga dengan persentase 11,29%. 

Sedangkan jumlah perkawinan menurut usia kurang dari 18 tahun di Kalimantan Barat, terbanyak adalah di Ketapang yaitu 2.163 anak, Landak yaitu 1.445 anak, dan Sintang 1.113 anak. 

Kondisi generasi penerus bangsa, harus dijaga dan diselamatkan. Hal inilah yang menjadi perhatian khusus pemuda asal kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Nordianto Hartoyo Sanan, dengan mendirikan GenRengers Educamp pada tahun 2016. Ia pernah tercengang ketika duduk di bangku SMP, yaitu satu per satu temannya tidak kembali menempuh pendidikan di sekolah, karena sudah berubah status menjadi orangtua baru.

siapa penggagas Genrengers Educamp
Nordianto Hartoyo Sanan (dok. Channel Youtube Nordianto Hartoyo Sanan)

“Banyak orangtua yang menganggap pernikahan dini adalah hal yang wajar, dan tidak menganggapnya sebagai penyakit sosial.” Kata Nordianto Hartoyo Sanan pada talkshow Kick Andy – Selamatkan Anak Indonesia, saat menanggapi pertanyaan mengapa terjadi pernikahan usia dini di lingkungannya.

GenRengers Educamp di Tangan Pemuda Bernama Nordianto

Pemuda yang akrab disapa Anto ini, membangun program GenRengers Educamp, sebagai wadah edukasi dan penyuluhan bagi remaja tentang kesehatan, pergaulan remaja, pernikahan dini, dan memberi kesempatan kepada para remaja untuk belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri. 

Dengan mengusung konsep outbound, GenRengers Educamp menyediakan beragam kegiatan seperti pelatihan kepemimpinan, fun games, pendampingan, dan entrepreneur yang dapat menjadi bekal mereka sebagai pengusaha. Dari sini juga, lahir relawan-relawan yang memiliki potensi di wilayah mereka masing-masing menjadi local champion

Berada di bawah naungan Generasi Berencana Indonesia, GenRengers Educamp telah menjangkau ke seluruh daerah di Kalimantan Barat, dengan target usia remaja 14 hingga 23 tahun, meski ada dari yang berusia 10 tahun datang untuk bergabung. Kegiatan ini juga telah diadopsi di berbagai provinsi. Dampak positifnya untuk para remaja tak hanya bisa mendapatkan pendidikan seks secara tepat, tetapi juga dapat mengembangkan diri dan mewujudkan cita-cita tanpa terjerumus pergaulan bebas dan pernikahan dini. 

apa itu genrengers educamp
Kegiatan GenRengers Educamp (dok. Channel Youtube Nordianto Hartoyo Sanan)

Anto bersama timnya melakukan edukasi cegah pernikahan dini, mulai dari pinggir kota sampai ke desa-desa di Kalimantan Barat. Walau menghadapi rintangan lokasi yang sulit dijangkau dan penerimaan masyarakat sekitar yang kurang bersahabat, tetapi kegiatannya ini mendapat sambutan dari positif dari BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, sehingga perjuangan pemuda kelahiran tahun 1994 ini dapat terus berlanjut. 

Dukungan dari BKKBN pun berkelanjutan, dengan kehadiran program Pusat Informasi dan Konseling Remaja. Generasi muda yang mengikuti ini, bisa mendapatkan pengetahuan lebih banyak terkait kesehatan dan hak-hak reproduksi seksual. Kehadiran Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja dinilai Anto berhasil, dalam menurunkan angka perkawinan usia anak dan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja. 

“Program ini menggunakan pendekatan yang ramah remaja, dengan bekerja sama dengan sekolah-sekolah melalui ekstrakurikuler, komunitas keagamaan remaja, dan juga kelompok-kelompok pemuda setempat.” Terang Nordianto melalui channel Youtube miliknya. 


siapa penggagas genrengers educamp
Kegiatan GenRengers Educamp (dok. Channel Youtube Nordianto Hartoyo Sanan)

Sosok Inspiratif bagi Nordianto yang menjadi Penguat Langkahnya 

Setiap langkah seorang pria, pasti ada sosok wanita hebat yang menginspirasinya. Begitupun dengan Anto, dukungan dari sang ibu menjadi penyemangatnya untuk menekan angka pernikahan usia dini. 

“Mungkin Mamak hanya punya mimpi yang besar, tapi mamak tidak bisa mendapatkan mimpi mamak. Makanya mamak mau kalian harus bisa lebih dari Mamak”. Ucap Nordianto Hartoyo Sanan pada talkshow Kick Andy – Selamatkan Anak Indonesia. 

Pengalaman hidup ibunda Anto yang menikah di usia dini, berakibat pada masalah pada sistem reproduksi dan harus menajalani operasi angkat rahim. Pil pahit tersebut, membuat pemuda asli kabupaten Kubu Raya ini berupaya keras, agar tidak ada lagi anak-anak maupun remaja yang mengalami permasalahan serupa. 

“Bukan hanya perempuan yang harus berjuang dalam perkawinan usia anak, tetapi juga laki-laki. Perempuan adalah calon ibu bangsa, maka perlunya laki-laki melindungi harkat dan martabat perempuan. Laki-laki juga harus memiliki pemahaman dan edukasi konsep hidup yang baik, karena ia bercermin pada ibu atau saudara perempuannya.” Kata Nordianto Hartoyo Sanan pada talkshow Kick Andy, saat menanggapi pertanyaan mengapa ia harus sibuk mencegah pernikahan usia dini. 

Semangat Nordianto untuk Masa Depan Generasi Muda

Kiprah Anto untuk program GenRengers Educamp ini, membawanya lebih luas menyuarakan isu pernikahan usia dini ke beberapa negara. Pemuda yang pernah menjabat sebagai Presiden Generasi Berencana Indonesia periode tahun 2016 – 2020 ini, pernah menjadi perwakilan Asia-Pacific pada ajang Indigenous People Youth Conference di Rio de Janeiro Brasil. Bahkan pernah mengikuti program Union European sebagai tenaga pengajar (volunteer) Cross Cultural Understanding di Polandia. 


siapa nordianto hartoyo sanan
Nordianto Hartoyo Sanan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2018 (dok. channel Youtube Satu Indonesia)

Tak sampai di situ, peran krusial Anto dalam menekan pernikahan dini ini, mengantarkannya pada penghargaan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards tahun 2018, untuk kategori Kesehatan dengan kegiatan “Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan”.  Apresiasi ini diberikan oleh PT Astra Internasional Tbk kepada generasi muda yang memberikan kontribusi positif untuk Indonesia melalui karya dan berkelanjutan

Semangat Nordianto Hatoyo Sanan, dapat menjadi teladan yang bisa diterapkan di berbagai tempat. Inovasinya juga menjadi bukti, bahwa perlu orang-orang yang peduli memikirkan nasib generasi penerus bangsa ini. Sebab, anak-anak dan remaja adalah puncak generasi. Bila tidak ada seseorang yang berdedikasi untuk mengatasi hal ini, tentunya masa depan generasi bangsa bisa mengalami degradasi.


Sumber: 

  • https://pifa.co.id/berita/kalbar-peringkat-ke-3-pernikahan-dini-se-indonesia-tertinggi-di-ketapang
  • https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1001/kenali-dampak-pernikahan-dini
  • https://kampungkb.bkkbn.go.id/kampung/12121/intervensi/771160/cegah-pernikahan-dini-melalui-sosialisasi-pencegahan-pernikahan-usia-anak
  • https://www.kemenpppa.go.id/
  • https://data.kalbarprov.go.id/
  • Channel Youtube Kick Andy
  • Channel Youtube Satu Indonesia
  • Channel Youtube Nordianto Hartoyo Sanan

19 komentar

Komen Blog rejekingalir.com
Ria Tumimomor mengatakan…
Sebagai lajang, ini biasanya topik yang saya malas komen. Krn kl saya komen: kok masih muda sudah menikah maka jawabannya sudah bisa ditebak: drpd kyk saya gak kawin2 :)))))
Pdahal ada banyak alasan ya, seperti mental sudah siap kah untuk menjalani pernikahan? Dari segi kesehatan si calon ibu, apakah rahimnya sudah kuat ? Dan banyak lagi yang harus diinformasikan ke masyarakat luas agar lebih paham.
Komen Blog rejekingalir.com
Haryadi Yansyah mengatakan…
Waah keren banget! aku berdiri sama barisan denganmu Mas Nordianto! di X beberapa waktu lalu juga ada pembahasan soal pernikahan dini ini. Mbak Kalis juga sempat bikin video panjang soal ini. Aku gak habis pikir dengan adat yang masih "memaksa" pernikahan usia dini karena udah gak relevan dengan kondisi sekarang. Apalagi benar, pernikahan dini lebih banyak dampak buruknya. Ironisnya ada satu penulis yang menggaungkan "Nikah Dini Keren" dulu malah berakhir dengan perceraian, walau ya, mungkin faktornya banyak. Yang jelas, usia harus matang secara mental dan fisik (kalau hamil muda, ya risikonya besaaaar sekali).
Komen Blog rejekingalir.com
erykaditya mengatakan…
Keren perjuangan baliau mengangkat isu pencegahan pernikahan dini karena isu ini kebanyakan dibawa oleh pihak perempuan karena merasa perempuat yang paling banyak menanggung akibatnya...
Memang tdk bisa dipungkiri angka pernikahan dini masih tinggi di negara kita terutama di daerah terpencil yang minim pendidikan sehingga sudah sepantasnya Astra mengapresiaki perjuangan beliau
Komen Blog rejekingalir.com
Sukacita mengatakan…
Terima kasih tertinggi untuk Nordianto sudah membangun program GEnRengers Educamp dan lebih banyak menyelamatkan generasi muda.

Baru tahu minimal usia nikah 19 tahun, hik aku kok kurang setuju ya, itu terlalu mudapun, bukannya lebih baik minimal 25 tahun yak.
Komen Blog rejekingalir.com
nurul rahma mengatakan…
Kiprah yang luar biasaa.
sangat menginspirasi, karena ini dibutuhkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

walau sayangnya belakangan ini ada ajaaaa seleb Tiktok yg malah dgn sengaja promote pernikahan dini, huhuhuhu
Komen Blog rejekingalir.com
Duuuuh aku ga kepikiran sih mau nikahin anak di usia semuda itu. Kayaknya memang ini JD tangung jawab ortu juga supaya mengajarkan anak ttg bahaya pernikahan dini .

Aku sendiri ngajarin anak2 utk mengutamakan belajar mba. Sampe aku pernah bilang, belajar setinggi2nya, pikirin masa depan, dan ga usah kuatir ga bisa nikah. Itu bukan sesuatu yg penting banget buat dikejar. Punya anak pun bukan sesuatu yg mudah skr ini. Better mereka ga punya drpd ga mampu memberikan kehidupan yg cukup kepada anak. Aku tekanin banget soal itu.

Krn aku sendiri juga mentingin masa depan sendiri drpd terlibat dalam pernikahan ga beres. Stress iya yg ada. Boro2 bisa happy .

So aku mau anak2ku juga gitu. Aku ga bakal ribut kalo mereka ga nikah. Yg aku ributin kalo mereka ga bisa membiayai diri sendiri .
Komen Blog rejekingalir.com
AlineaLala mengatakan…
Jujur saja aku kagum dan salut sama sepak terjang mas Nordianto. Beliau sangat peduli terhadap anak dan juga mencegah pernikahan dini. Ini memang harus terus di suarakan terutama pada area pedesaan yang masih minim pengetahuan dan selalu mematok usia pernikahan harus sekian kalau belum nikah di cap aneh-aneh.

Padahal, usia matang dan mental siap jauh lebih penting buat menghadapi pernikahan. Pernikahan dini ini sangat menimbulkan banyak permasalahan kedepannya. Salut sama langkah beliau dan memang sangat pantas mendapatkan apresiasi.
Komen Blog rejekingalir.com
Fajarwalker.com mengatakan…
Baruuu tadi pagi aku geh nemu video miris yang 1 rumah kecil isinya 13 orang di Jakarta. Ortu, anak, cucu ampe cicit serumaaaah. Itu aku langsung mikir, "udah tau ekonomi susah, kok bisaaaa kalian teh nikah?"

Serius sih aku mah paling setuju sama quotes ini "Jangan menikah dengan orang yang tepat, tapi menikahlah saat waktunya tepat".
Mesti banyak pertimbangan, biar rantai huru hara ini bisa diputus
Komen Blog rejekingalir.com
Ariefpokto mengatakan…
Hebat sekali sosok nordianto ini karena bisa berpikir jauh memikirkan nasib anak-anak yang terancam melakukan pernikahan dini, karena pernikahan itu harus dilakukan ketika orang yang mau menikah sudah siap untuk segala hal, mulai dari kesehatan reproduksi, finansial,dan juga pemahaman pemahaman terhadap hidup. Sehingga usaha beliau amatlah penting bagi kelangsungan anak-anak di sana
Komen Blog rejekingalir.com
Rella Sha mengatakan…
Indonesia butuh orang-orang seperti mas Nordianto ini, yang memang fokus menggalakkan gerakan untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya pernikahan dini, ketidak tahuan risiko, dan kesiapan lahir batin menjalani rumah tangga.

Menikah itu memang ibadah, sunnahnya disegerakan JIKA ADA JODOHNYA, dan bukan DIJODOHKAN apalagi DIPAKSA BERJODOH. Ahh... susahnyaaa mmg mengedukasi ini, bahkan nggak cuma di kampung-kampung sekarang tapi juga di kalangan selebgram di medsos juga begitu.
Komen Blog rejekingalir.com
Dee_Arif mengatakan…
Salut dengan perjuangan anak muda seperti ini
Mencegah pernikahan dini itu penting, sebab bisa jadi salah satu faktor penyumbang stunting ya
Komen Blog rejekingalir.com
Ainun mengatakan…
keren nih mas Nordianto, pas baca ini aku langsung keinget sama sinetron lawas yang judulnya pernikahan dini. bahkan waktu itu banyak karya ilmiah dengan tema pernikahan dini karena memang lagi marak

bahkan sekarang aja, di daerahku masih dengan mudahnya ditemui anak lulusan SMP yang disuruh nikah sama orang tuanya, aku sampe heran. Kenapa orang tuanya malah menyuruh anaknya nikah.
Kalau orang desa di tempatku berpikiran, kalau si anak udah menikah, rasanya beban orang tua untuk menyekolahkan anaknya jadi berkurang gitu
Komen Blog rejekingalir.com
lendyagasshi mengatakan…
Banyak sekali concern sebelum menikah ini.
Ternyata pernikahan dini bukan hanya belum siap dari sisi mental, tapi juga fisiknya. Rasanya kasian kalau ada anak yang ngebet nikah di usia masih kecil ditambah lagi dukungan dari pihak keluarga dengan dalih "Daripada zina".

Aku beneran khawatir banget ketika pemahaman ayat tidak disertai dengan ilmu pendukung lainnya. Seolah-olah itu mutlak.

Jadi sangat mendukung sekali dengan mas Nordianto yang mengedukasi masyarakat serta memberikan pandangan-pandangan positif mengenai aktivitas bermanfaat anak muda yang bisa ditekuni.
Komen Blog rejekingalir.com
burhan assalamah mengatakan…
Salut untuk kepedulian Nordianto, nikah dini memang banyak mudharatnya, selain kecerdasan enosi belum matang, masalah pendapatan keluarga dan pendidikan juga belum cukup untuk ke jenjang pernikahan
Komen Blog rejekingalir.com
Iya nih
Menikah dini memang baik di satu sisi, mencegah terjadinya dosa karena syahwat tak tertahankan
Namun, menikah bukan hanya untuk melampiaskan itu saja
Perjalanan panjang pernikahan itu sungguh berat kalau dijalankan hanya sekadar ikut-ikutan
Komen Blog rejekingalir.com
Wahyu Suwarsi mengatakan…
Pernikahan dini kebanyakan terjadi di desa atau pedalaman dengan alasan karena adat. Anak perempuan yg sudah 17 tahun bahkan ada yg 15 tahun biasanya segera dinikahkan, dengan alasan ortu merasa malu bila anaknya belum menikah. Saya setuju dengan pencegahan pernikahan usia dini. Hal ini mengurangi resiko kesehatan terutama pada wanita. Karena pada pernikahan dini, wanita sangat rawan mengalami gangguan pada rahim dsb.
Komen Blog rejekingalir.com
Fera Marentika mengatakan…
iya sih, terlalu muda banyak resiko untuk menikah. aku menikah 25th, sudah cukup matang harusnya, tapi secara emosi ya tetap ada panasnya di awal pernikahan :)) adaptasi dengan suami, keluarga suami, menerima perubahaan2 yang tentunya berbeda dengan saat lajang. memang harus siap mental juga, selain siap secara fisik.
Komen Blog rejekingalir.com
Bunda Saladin mengatakan…
Baca judulnya jadi ingat lagu Agnes Monica yang pernikahan dini bukan cintanya yang terlarang, hanya waktu saja belum tepat. Emang yaa pernikahan remaja jangan diromantisasi karena kalo usia belum matang masih mudah emosi. Apalagi kalo hamil padahal ceweknya usia di bawah 19 tahun, rahimnya kuat apa gak?

Salut dengan GenRangers Educamp karena membuat banyak kegiatan bermanfaat sehingga mengurangi angka pernikahan dini.
Komen Blog rejekingalir.com
Syarifani Mulyana mengatakan…
Entalah sekarang di sosial media fenomena pernikahan dini itu malah makin viral terus makin gampang cari cuannya.
Rata-rata lulusan dari pesantren, malah belakangan ada yang usia 17 tahun nikah. Hiks..
Mudah-mudahan Mas Nordianto ini bisa menjangkau sampai ke pesantren di seluruh Indonesia, agar para santri makin melek kalau pernikahan dini itu membawa dampak yang kurang baik terutama untuk perempuan

friends

Blogger Perempuan Network
Blogger Perempuan Network
KSB
KSB
BCC Squad
BCC Squad
KEB
KEB
Intellifluence
Intellifluence
Bplus
Bplus
Logo Komunitas BRT Network
Postingan Terpopuler