Puasa hari ke-23 bagaimana kondisi tekanan darahmu, apakah stabil, makin tinggi atau malah rendah?
Hadeeuuh, apa sih nih rejekingalir.com ngomongin tekanan darah? Apa hubungannya pula sama berpuasa?
Nah ini, perlunya kita memantau kondisi diri apakah hipertensi melanda atau anemia. Apalagi sudah memasuki 10 terakhir Ramadan nih peka terhadap tubuh itu perlu, biar puasa kita berjalan lancar dan bahagia menjalankan ibadahnya dari semenjak bangun tidur sampai mau tidur lagi.
Pengertian Hipertensi dan Anemia
Dari berbagai sumber kesehatan, rejekingalir.com merangkum bahwa pengertian hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang berada di atas batas normal 130/80 mmHg atau lebih. Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab berbagai komplikasi kesehatan, dan membahayakan jiwa jika tidak segera ditangani.
Sebagai informasi batas normal tekanan darah manusia (dewasa) sekitar 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg. Bila tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg, disebut juga dengan hipotensi.
Sedangkan anemia adalah kondisi seseorang kekurangan sel darah merah atau hemoglobin (Hb). Sebaliknya, bila sel darah merah berlebih pada tebuh disebut dengan polisitemia.
Kadar hemoglobin untuk pria dewasa yaitu 13 g/dL (gram per desiliter), Wanita dewasa sekitar 12 g/dL, Ibu hamil berkisar 11 g/dL. Untuk bayi sekitar 11 g/dL, lalu anak usia 1–6 tahun sekitar 11,5 g/dL. Serta anak dan remaja usia 6—18 tahun yaitu 11–12 g/dL.
Pada bahasan rejekingalir.com kali ini, lebih menitikberatkan pada hipertensi dan anemia. Alasannya, karena berpuasa bisa mempengaruhi kedua gangguan kesehatan itu. Apakah hal yang buruk atau tidak? Yuk, kita kupas bareng.
Risiko Hipertensi Berkurang dengan Berpuasa
Sebagaimana kita tahu, puasa memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Hal ini juga berlaku pada penderita hipertensi.
Pasalnya, dari Journal of Hypertension diterangkan bahwa manfaat positif dari berpuasa bisa menurunkan beban kerja jantung dan tekanan darah diastolik (tekanan darah ketika jantung sedang rileks) maupun sistolik (tekanan darah yang terjadi setelah jantung berdenyut).
Sejalan dengan itu, peneliti dari Imperial College London pada London Ramadan Study bahwa efek puasa Ramadan bisa mengurangi sekitar 95% terkanan darah sistolik dan diastolik. MashaAllah, sesuatu banget yak!
Hipertensi sendiri bisa diketahui, ketika mengalami gejala sakit kepala, nyeri pada dada, sesak napas, telinga berdengung, tremor otot, mimisan, aritmia (gangguan irama pada jantung), rasa cemas, dan terdapatnya darah di dalam urine.
Berpuasa memiliki manfaat luar biasa untuk penderita hipertensi karena dapat:
1. Jaga Tekanan Darah Lebih Stabil
Berpuasa kan mengajarkan kita untuk lebih sabar, baik dalam hal menahan emosi, dan mengonsumsi sesuatu. Nah hal ini punya dampak baik karena produksi hormon yang terkait dengan emosi dan rasa cemas jadi berkurang.
Oleh karenanya untuk yang terbiasa marah-marah macam Kak Ros di serial Upin-Ipin (bukan hobi loh ya, kan kayaknya marah-marah bukan hobi, hihi), bisa nih rajin puasa biar tekanan darahnya lebih stabil.
2. Bantu Mengurangi Kolesterol
Penumpukan kolesterol yang terjadi secara bertahap tatkala 11 bulan di luar Ramadan, bisa dicegah dengan berpuasa, agar tekanan darah tidak meningkat.
3. Detoksifikasi Tubuh
Pastinya sering dengar deh soal detoks tubuh alias proses mengeluarkan zat dan racun dalam tubuh? Yups, ini efektif banget dengan berpuasa, sehingga aliran darah bisa lebih lancar, dan tekanan darah terkendali. Dengan begitu, bisa sekaligus pula menjaga berat badan karena asupan kalori yang bisa dikontrol.
4. Kesehatan Pembuluh Darah Lebih Meningkat
Puasa bisa membantu jaga tekanan darah lebih stabil, dikarenakan adanya produksi nitric oxide yang dapat membuat aliran darah lebih lancar dan membuat lebar pembuluh darah.
5. Kurangi Stres Oksidatif
Buat kamu yang berkutat dengan pekerjaan maupun rutinitas, memungkinkan akan merasa stres dan terkena radikal bebas. Bila terjadi secara berkepanjangan, pembuluh darah bisa rusak. Puasa bisa membantu kurangi radikal bebas berkat antiinflamasi yang berasal dari berpuasa.
Supaya lebih nyaman menjalankan puasa bagi penderita hipertensi, sebaiknya membatasi asupan gula. Boleh saja berbuka dengan yang manis (semanis saya, cieee yang baca langsung pada mau transfer rejekingalir.com wkwkwk), akan tetapi tetap dalam batas aman.
Urusan mengonsumsi garam, ini udah harus banget dijaga. Pasalnya cukup ikan saja yang diasinkan, tetapi tidak dengan darahmu. Begitu juga makanan olahan dan yang siap saji untuk dibatasi mengonsumsinya.
Baca juga: Seperti Apa Dampak Masuk Angin ketika Berpuasa?
Apalagi sebentar lagi lebaran kan, bakalan pada tersepona deh melihat aneka hidangan dari daging merah tertata manis di piring baik dalam judul “rendang, gulai daging, semur daging, maupun kalio” harus dijaga makannya ya.
Gak apa-apa ambil rendangnya 1, bukan 1 kilo sekali makan, tapi 1 slice aja ya. Please kak, jangan ya kak!
Risiko Puasa untuk Penderita Anemia
Apakah kamu suka pusing ketika bangkit berdiri dari sebelumnya jongkok? Bila iya, maka pertanda kamu kekurangan sel darah merah. Kurang lebih sih seperti itu untuk mengetahui secara mudah kitanya anemia, baik-baik saja atau polisitemia.
Kalau rejekingalir.com sih bakalan pusing kalau lembaran merah senyumnya Bung Hatta and Bung Karno nggak terlihat, hehe. (preettt).
Seseorang bisa mengalami anemia karena berlebihannya darah yang hilang dari tubuh, produksi sel darah merah yang makin berkurang, dan terlalu cepat hancurnya sel darah merah.
Gejalanya bisa dilihat dari tubuh yang mudah lemas, pusing, sakit kepala, sering mengantuk setelah makan, jantung berdetak tidak teratur, dingin pada bagian tangan dan kaki, kulit tampak lebih pucat, dan napas pendek.
Berarti untuk yang anemia nggak perlu puasa dong?
Menurunnya kadar gula dalam darah ketika berpuasa, otomatis untuk penderita anemia sebisa mungkin untuk melihat kondisi tubuh dan bisa membicarakannya lebih dulu dengan tenaga medis jika akan berpuasa.
Baca Juga: Tips Atasi Pilek Saat Berpuasa
Berpuasa bisa aman dijalankan untuk penderita anemia, dengan catatan mengonsumsi asupan yang tepat, khususnya yang mengandung Vitamin C, Vitamin B, zat besi, dan asam folat. Serta penerapan gaya hidup sehat juga penting dilakukan, agar tubuh tetap sehat dan tidak mudah lemas.
Anemia bisa diobati sesuai dengan jenisnya, yaitu:
1. Kekurangan Zat Besi
Penderita anemia dikarenakan kurangnya zat besi, bisa didukung dengan konsumsi makanan sehat (seperti pada paragraf sebelumnya), dan bila perlu mengonsumsi suplemen zat besi. Pada anemia parah, memerlukan transfusi darah agar kondisi lebih baik.
2. Anemia Aplastik
Pengobatan anemia aplastik bisa dilakukan dengan meningkatkan jumlah hemoglobin lewat transfusi darah.
Bila sumsum tulang penderita anemia aplastik tidak lagi mampu menghasilkan hemoglobin yang sehat, maka akan dilakukan cangkok sumsum tulang.
3. Anemia pada Masa Kehamilan
Untuk ibu hamil memungkinkan kadar hemoglobin berkurang, sehingga perlunya untuk mengonsumsi asam folat, zat besi, vitamin B12 sesuai dengan dosis dari dokter.
4. Anemia Sel Sabit
Sel sabit adalah sel darah yang tidak normal dengan bentuknya seperti bulan sabit. Ketika seseorang menderita anemia sel sabit (sickle cell anemia) penanganan yang bisa dilakukan dengan asupan asam folat, zat besi, kemoterapi hydroxyurea, cangkok sumsum tulang.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah kondisi sel darah merah yang mati atau hancur dalam waktu cepat alias kurang dari 120 hari pasca diproduksi di sumsum tulang.
Untuk pengobatannya dengan cara konsumsi obat (imunosupresan), pengobatan infeksi, dan bila kasusnya parah maka memungkinkan limpa akan diangkat.
Aman Jalankan Puasa
Pada 10 terakhir Ramadan ini, yuk tetap jaga kesehatan dengan pola hidup yang sehat. Perhatikan apa yang disantap ketika berbuka puasa dan sahur, agar kondisi tekanan darah maupun sel darah merah tetap terjaga. Bila perlu, bisa berkonsultasi dengan tenaga medis, agar semakin aman dan nyaman menjalankan puasa.
Sumber: Alodokter; rspondokindah.co.id; halodoc; siloamhospitals.com
1 komentar